Jakarta - Kerugian secara ekonomis akibat merebaknya penggunaan software bajakan di Indonesia diyakini bakal meningkat. Pasar yang semakin besar jadi faktor utama melonjaknya kerugian ini.Donny A. Sheyoputera, Kepala Perwakilan Business Software Alliance Indonesia mengatakan, dengan tingkat pembajakan 84% di 2007, Indonesia dinilai mengalami nilai kerugian sebesar US$ 411 juta akibat peredaran software bajakan.
Jumlah ini meningkat ketimbang tahun 2006 yang 'hanya' memiliki kerugian sebesar US$ 350 juta. Padahal tingkat pembajakannya lebih rendah, yakni 85%.
Hal ini lantaran besarnya pasar software pada tahun 2006 dan 2007 berbeda. Dengan kata lain, semakin besar pasar software maka semakin tinggi pula potensial loss yang akan diderita.
Nah, begitu pula untuk tahun 2008, yang datanya masih digodok oleh IDC dan baru akan keluar Mei nanti. "Karena pasar software di Indonesia semakin besar maka kerugian yang dihasilkan kemungkinan meningkat," ujar Donny tanpa menyebut angka pasti, dalam sebuah konferensi pers di restoran Warung Daun, Jakarta, Selasa (24/2/2009).
Terlebih, lanjutnya, jika pemerintah dengan Tim Nas HaKI-nya tak unjuk gigi dan cuma sekadar membuat program tanpa realisasi. Diyakini, kerugian itu akan kian tinggi. ( ash / fyk )